Jumat, 11 Januari 2013


IPK atau Indeks Prestasi Komulatif. Ya itu adalah nilai bagi seorang mahasiswa seperti aku ini. IPK terasa sangat berarti, bukan hanya menjadi bukti dari hasil perkuliahan, tetapi juga sebagai tolak ukur untuk mendapatkan beasiswa. Tidak dapat aku pungkiri, beasiswa sesungguhnya sangat menggiurkan. Hanya dengan nilai, kita bisa mendapatkan sejumlah uang yang cukup untuk digunakan membiayai uang semester. Rasanya ada kepuasan tersendiri ketika dapat membayar uang kuliah dari hasil keringat sendiri, meskipun bukan dari hasil bekerja. Beasiswa itu salah satu bentuk apresiasi atas kerja keras kita untuk mendapatkan nilai yang baik.
Tak ada yang salah jika kita mengharapkan beasiswa. Membantu meringankan beban orang tua merupakan salah satu bentuk bakti kita juga sebagai anak. IPK memang menjadi nilai penentu kita juga saat nanti lulus kuliah. Orang bilang, jika ingin orang tua kamu duduk di VIP saat kamu wisuda, maka dapatkan IPK yang tinggi pula kalau perlu cumlaude. Aku hanya mendengar saja, karena kebetulan saat ini masih semester bawah, jadi belum mengetahui tentang wisuda secara lebih lanjut.
IPK bukan hanya sekedar nilai. Menurutku IPK itu ibarat hidup dan matinya mahasiswa. Apa lagi yang dicari selain IPK. Memang, kini bukan IPK yang menentukan segalanya, tetapi tidak dapat dipungkiri jika IPK tinggi tetap menjadi hal yang sangat penting untuk didapatkan. Kini orang banyak bilang, jangan hanya menjadi mahasiswa akademis, tetapi juga menjadi mahasiswa aktivis. Tentu akan lebih baik jika keduanya dapat dilakukan secara beriringan dan baik. Menjadi mahasiswa sukses? siapa yang tidak mau?

Sekarang pendidikan mulai menjajaki tingkat yang lebih tinggi. Mereka yang merasa pendidikan di negara kita masih kurang, banyak yang melanjutkan studinya di luar negeri. Padahal pendidikan dalam negeri kita sendiri tidak kalah baik dan majunya dibandingkan dengan negara lain, hanya saja kita belum bisa sejajar. Perlahan namun pasti sistem pendidikan di negara kita mulai membaik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sarjana yang makin lama makin banyak. Namun, pengangguran juga ternyata semakin banyak. Jika sudah seperti ini, salah siapa?
Negara kita mulai membaik dengan daya beli masyarakat yang semakin meningkat, tetapi hutang negara juga semakin meningkat. Jumlah orang berpendidikan semakin banyak, tetapi pengangguran tidak kalah banyaknya.

Inilah potret kehidupan negara kita.
Kita Mahasiswa. Generasi penerus bangsa. Lakukan perubahan untuk bangsa kita. Hentikan segala tindak anarkis mahasiswa. Gunakan intelektual kita, bukan emosi kita. Dengan begitu yakinlah kita dapat membuat bagsa kita menjadi lebih baik. :)