IPK atau Indeks Prestasi Komulatif. Ya itu adalah nilai bagi seorang mahasiswa seperti aku ini. IPK terasa sangat berarti, bukan hanya menjadi bukti dari hasil perkuliahan, tetapi juga sebagai tolak ukur untuk mendapatkan beasiswa. Tidak dapat aku pungkiri, beasiswa sesungguhnya sangat menggiurkan. Hanya dengan nilai, kita bisa mendapatkan sejumlah uang yang cukup untuk digunakan membiayai uang semester. Rasanya ada kepuasan tersendiri ketika dapat membayar uang kuliah dari hasil keringat sendiri, meskipun bukan dari hasil bekerja. Beasiswa itu salah satu bentuk apresiasi atas kerja keras kita untuk mendapatkan nilai yang baik.
Tak ada yang salah jika kita mengharapkan
beasiswa. Membantu meringankan beban orang tua merupakan salah satu bentuk bakti
kita juga sebagai anak. IPK memang menjadi nilai penentu kita juga saat nanti
lulus kuliah. Orang bilang, jika ingin orang tua kamu duduk di VIP saat kamu
wisuda, maka dapatkan IPK yang tinggi pula kalau perlu cumlaude. Aku hanya
mendengar saja, karena kebetulan saat ini masih semester bawah, jadi belum
mengetahui tentang wisuda secara lebih lanjut.
IPK bukan hanya sekedar nilai. Menurutku IPK itu
ibarat hidup dan matinya mahasiswa. Apa lagi yang dicari selain IPK. Memang,
kini bukan IPK yang menentukan segalanya, tetapi tidak dapat dipungkiri jika
IPK tinggi tetap menjadi hal yang sangat penting untuk didapatkan. Kini orang
banyak bilang, jangan hanya menjadi mahasiswa akademis, tetapi juga menjadi
mahasiswa aktivis. Tentu akan lebih baik jika keduanya dapat dilakukan secara
beriringan dan baik. Menjadi mahasiswa sukses? siapa yang tidak mau?
Sekarang pendidikan mulai menjajaki tingkat yang
lebih tinggi. Mereka yang merasa pendidikan di negara kita masih kurang, banyak
yang melanjutkan studinya di luar negeri. Padahal pendidikan dalam negeri kita
sendiri tidak kalah baik dan majunya dibandingkan dengan negara lain, hanya
saja kita belum bisa sejajar. Perlahan namun pasti sistem pendidikan di negara
kita mulai membaik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sarjana yang makin lama
makin banyak. Namun, pengangguran juga ternyata semakin banyak. Jika sudah
seperti ini, salah siapa?
Negara kita mulai membaik dengan daya beli
masyarakat yang semakin meningkat, tetapi hutang negara juga semakin meningkat.
Jumlah orang berpendidikan semakin banyak, tetapi pengangguran tidak kalah
banyaknya.
Inilah potret kehidupan negara kita.
Kita Mahasiswa. Generasi penerus bangsa. Lakukan
perubahan untuk bangsa kita. Hentikan segala tindak anarkis mahasiswa. Gunakan
intelektual kita, bukan emosi kita. Dengan begitu yakinlah kita dapat membuat
bagsa kita menjadi lebih baik. :)