Sabtu, 25 Februari 2012



Entah darimana harus ku mulai merangkai kata-kata hatiku, setiap kali bertemu denganmu aku seperti terhipnotis oleh pesonamu yang membuatku lupa akan segalanya. Diri ini tak mampu tuk lebih jauh mendekati raga dan hatimu, menatap parasmu pun aku hanya bisa tersipu malu.     
 
Aku tak pernah tau apa yang harus ku pilih, persahabatan atau cinta???? Hatiku telah masuk dalam dimensi kebimbangan cinta tanpa arah, tanpa tujuan pasti, tapi aku suka meski terkadang sakit. Persahabatan dan cinta hanya dibedakan sebuah status individu, dan status bisa berubah dari sahabat jadi cinta andai dua hati menjalin satu ikatan kasih sayang.

Aku teringat ketika dalam kelas, ketika itu ada tugas matematika dan kami berdua mengerjakan bersama-sama. Awalnya  terliat biasa-biasa saja antara aku dan dia. Tapi entah kenapa teman – teman pada mengatakan kalau kami ada status yang lebih dari sekedar sahabat. Karena terlalu terdekat dan terlalu sering berkomunikasi, akhirnya rasa sayang itu hadir diantara ku dannya. Setiap hari terkecuali hari minggu kita selalu bertemu di kelas, tempat duduk dia hanya dua bangku dari aku duduk. Dia  sadari atau tidak sebenarnya aku di saat jam pelajaran sedang berlangsung terkadang aku curi-curi pandang padanya. Diluar jam sekolahpun kita tetap sering berkomunikasi, baik itu bercanda gurau di sms, curhat-curhatan bareng,  tapi kita tak pernah membahas cinta.
Padahal aku ingin sekali mendongengkan cerita kerajaan hatiku padamu. Ingin aku berlutut didepanmu dan mengatakan “Aku cinta padamu Dita, aku sayang kamu Dita…” tanpa pedulikan orang disekitarku. Namun mulutku selalu saja terkunci, lidahku kelu dan tubuhku selalu gemetar dan keningku berkeringat dingin. Ungkapan hatiku selalu terhalang dengan rasa pecundang dalam diriku, karena aku takut kamu tolak. Hari – hari aku lewati dengannya seperti “sepasang kekasih”, saling bercanda gurau, pergi berdua dan sebagainya bersama Dita, walau sebenarnya diantara kami tak pernah ada yang mempertanyakan atau menyatakan cinta. 

Aku baru menyadari kebodohan terbesar yang pernah aku buat , ketika Dita tidak ada di dekatku lagi. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dita mendapatkan beasiswa melanjutkan study-nya ke Jogjakarta yang dia inginkan selama ini. Sungguh menyesal diriku selama bertahun-tahun memendam perasaan tak kesampaian, hanya karena kepengecutanku tuk katakan sayang pada Dita. Terakhir kami bertemu pada acara pengukuhan dan perpisahan siswa, di situlah hati ini terasa berhenti berdetak karena tak bisa menerima kenyataan akan jauh dari Dita.
Ku lalui hari-hariku dengan kesendirian tanpa bayang-bayang kenanganku bersamanya dan fokus pada kuliah yang ku pilih kini. Meski awalnya terasa perih tapi kini aku mulai terbiasa. Walaupun banyak wanita yang mencoba mengisi kekosongan hati ini, tapi tak satupun yang membuatku tuk berpaling pada Dita. Entah kenapa disaat sedang asik mendengarkan lagu “Pemilik Hati” melalui laptop kesayanganku tanpa terasa aku terbawa dalam dunia khayalku akan Dita, hati ini tak kuat menahan cinta hingga tanpa ku sadari dari pelopak mataku menetes air mata kerinduan. 

Satu tahun lebih lamanya kami tak berkomunikasi, tiba-tiba hpku berbunyi dan bertanda sms masuk dengan nomor yang tak ku kenal. Lalu kubaca sms tersebut, ternyata  sms tersebut dari Dita, dengan seketika aku menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Kenangan dulu yang telah berdebu kini hadir lagi yang membuatku semakin tersiksa. Dalam smsnya Dita mengajak aku bertemu tuk menemaninya mencari novel yang dia cari, berhubung waktu itu sedang libur akhir semester aku tepati ajakan Dita.

 Waktu itu hari sabtu pagi aku meluncur dengan kuda besiku menuju rumah Dita. Sesampainya di sana, terlihat sosok wanita yang dulu sangat ku kenal duduk di teras rumahnya. Dia melambaikan tangan dan menyambutku dengan sebuah senyuman yang masih aku ingat seperti waktu dulu. Kami pergi menuju sebuah toko buku untuk membeli novel yang Dita cari. 

Setelah mendapatkan novel yang dicari, kami  pergi ke sebuah cafe favorit kami dulu biasa nongkrong dengan disuguhi secangkir coffee latte kesukaan kami berdua. Tanya kesana kemari tentang kehidupan masing-masing, sampai akhirnya kami bertanya-tanya tentang cinta. Dita bilang kalau sekarang dia telah mempunyai kekasih yang satu universitas dengannya, betapa hancurnya hatiku mendengar perkataan itu. Walau begitu aku tetap berbesar hati dan mengucapkan selamat kepadanya,  tapi dalam raut wajah Dita seperti terpampang rasa kekecewaan yang mendalam. Sehingga membuat aku bertanya-tanya, dalam keheningan itu tiba-tiba Dita memulai obrolan….

“Ternyata selama ini aku bodoh…” kata Dita.
“Bodoh???” (aku penasaran).
“Ya, aku bodoh, aku kira kamu mencintaiku” kata Dita
(akupun terdiam sejenak mendengar perkataan itu)
“Kamu tidak bodoh, aku memang mencintaimu”
“Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang??? Kenapa tidak sedari dulu???”
“Aku….a..ku…takut kamu tolak”
“Tahu tidak?! Sudah lama aku diam-diam mencintaimu, bahkan sebelum kita berkenalan, tapi kenapa kamu hanya diam saja… bahkan disaat seseorang telah hadir dikehidupanku??? Wanita itu butuh ketegasan dari laki-laki!!!”
 
Aku kaget dengan penuturan Dita? Benarkah itu semua? Tapi kini semuanya telah terlambat, tidak ada lagi kesempatan untukku. Maafkan kebodohanku waktu itu Dita??? Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Dita meski tak bersamaku .

Kami berdua terdiam sejenak, kemudian Dita tiba – tiba memelukku dengan erat dan menteskan air mata di pundakku. Luapan kekecewaan terlihat jelas dalam pelukanku, dan   aku hanya dapat terdiam membisu. Ku kecup keningnya untuk menenangkan tangisannya sebagai tanda aku begitu mencintainya. 

Dita... Kau pelangi semu dalam hidupku karena keindahanmu hanya dapat aku lihat tak mampu aku jamah lagi, penyesalanku pun tak akan membuat kita bersatu.

25 Feb 2012