Entah darimana harus ku mulai
merangkai kata-kata hatiku, setiap kali bertemu denganmu aku seperti
terhipnotis oleh pesonamu yang membuatku lupa akan segalanya. Diri ini tak
mampu tuk lebih jauh mendekati raga dan hatimu, menatap parasmu pun aku hanya
bisa tersipu malu.
Aku tak pernah tau apa yang harus ku
pilih, persahabatan atau cinta???? Hatiku telah masuk dalam dimensi kebimbangan
cinta tanpa arah, tanpa tujuan pasti, tapi aku suka meski terkadang sakit.
Persahabatan dan cinta hanya dibedakan sebuah status individu, dan status bisa
berubah dari sahabat jadi cinta andai dua hati menjalin satu ikatan kasih
sayang.
Aku teringat ketika dalam kelas,
ketika itu ada tugas matematika dan kami berdua mengerjakan bersama-sama.
Awalnya terliat biasa-biasa saja antara
aku dan dia. Tapi entah kenapa teman – teman pada mengatakan kalau kami ada
status yang lebih dari sekedar sahabat. Karena terlalu terdekat dan terlalu
sering berkomunikasi, akhirnya rasa sayang itu hadir diantara ku dannya. Setiap
hari terkecuali hari minggu kita selalu bertemu di kelas, tempat duduk dia
hanya dua bangku dari aku duduk. Dia
sadari atau tidak sebenarnya aku di saat jam pelajaran sedang
berlangsung terkadang aku curi-curi pandang padanya. Diluar jam sekolahpun kita
tetap sering berkomunikasi, baik itu bercanda gurau di sms, curhat-curhatan
bareng, tapi kita tak pernah membahas
cinta.
Padahal aku ingin sekali
mendongengkan cerita kerajaan hatiku padamu. Ingin aku berlutut didepanmu dan mengatakan
“Aku cinta padamu Dita, aku sayang kamu Dita…” tanpa pedulikan orang
disekitarku. Namun mulutku selalu saja terkunci, lidahku kelu dan tubuhku
selalu gemetar dan keningku berkeringat dingin. Ungkapan hatiku selalu
terhalang dengan rasa pecundang dalam diriku, karena aku takut kamu tolak. Hari
– hari aku lewati dengannya seperti “sepasang kekasih”, saling bercanda gurau,
pergi berdua dan sebagainya bersama Dita, walau sebenarnya diantara kami tak
pernah ada yang mempertanyakan atau menyatakan cinta.
Aku baru menyadari kebodohan terbesar
yang pernah aku buat , ketika Dita tidak ada di dekatku lagi. Setelah lulus
dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dita mendapatkan beasiswa melanjutkan study-nya ke Jogjakarta yang dia
inginkan selama ini. Sungguh menyesal diriku selama bertahun-tahun memendam
perasaan tak kesampaian, hanya karena kepengecutanku tuk katakan sayang pada Dita.
Terakhir kami bertemu pada acara pengukuhan dan perpisahan siswa, di situlah
hati ini terasa berhenti berdetak karena tak bisa menerima kenyataan akan jauh
dari Dita.
Ku lalui hari-hariku dengan
kesendirian tanpa bayang-bayang kenanganku bersamanya dan fokus pada kuliah yang ku pilih
kini. Meski awalnya terasa perih tapi kini aku mulai terbiasa. Walaupun
banyak wanita yang mencoba mengisi kekosongan hati ini, tapi tak satupun yang
membuatku tuk berpaling pada Dita. Entah kenapa disaat sedang asik mendengarkan lagu “Pemilik Hati” melalui
laptop kesayanganku tanpa
terasa aku terbawa dalam dunia khayalku akan Dita, hati ini tak kuat menahan
cinta hingga tanpa ku sadari dari pelopak mataku menetes air mata kerinduan.
Satu tahun lebih lamanya kami tak
berkomunikasi, tiba-tiba hpku berbunyi dan bertanda sms masuk dengan nomor yang
tak ku kenal. Lalu kubaca sms tersebut, ternyata sms tersebut dari Dita, dengan seketika
aku menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Kenangan dulu yang telah berdebu kini
hadir lagi yang membuatku semakin tersiksa. Dalam smsnya Dita mengajak aku
bertemu tuk menemaninya mencari novel yang dia cari, berhubung waktu itu sedang
libur akhir semester aku tepati ajakan Dita.
Waktu itu hari sabtu pagi aku meluncur
dengan kuda besiku menuju rumah Dita. Sesampainya di sana, terlihat sosok
wanita yang dulu sangat ku kenal duduk di teras rumahnya. Dia melambaikan
tangan dan menyambutku dengan sebuah senyuman yang masih aku ingat seperti
waktu dulu. Kami pergi menuju sebuah toko buku untuk membeli novel yang Dita
cari.
Setelah mendapatkan novel yang dicari, kami pergi ke sebuah cafe favorit kami dulu biasa
nongkrong dengan disuguhi secangkir coffee latte kesukaan kami berdua. Tanya kesana kemari tentang kehidupan
masing-masing, sampai akhirnya kami bertanya-tanya tentang cinta. Dita bilang
kalau sekarang dia telah mempunyai kekasih yang satu universitas dengannya,
betapa hancurnya hatiku mendengar perkataan itu. Walau begitu aku tetap berbesar
hati dan mengucapkan
selamat kepadanya, tapi dalam raut wajah
Dita seperti terpampang rasa kekecewaan yang mendalam. Sehingga membuat aku
bertanya-tanya, dalam keheningan itu tiba-tiba Dita memulai obrolan….
“Ternyata selama ini aku bodoh…” kata
Dita.
“Bodoh???” (aku penasaran).
“Ya, aku bodoh, aku kira kamu
mencintaiku” kata Dita
(akupun terdiam sejenak mendengar
perkataan itu)
“Kamu tidak bodoh, aku memang
mencintaimu”
“Kenapa kamu baru mengatakannya
sekarang??? Kenapa tidak sedari dulu???”
“Aku….a..ku…takut kamu tolak”
“Tahu
tidak?! Sudah lama aku diam-diam mencintaimu, bahkan sebelum kita berkenalan,
tapi kenapa kamu hanya diam saja… bahkan disaat seseorang telah hadir
dikehidupanku??? Wanita itu butuh ketegasan dari laki-laki!!!”
Aku kaget dengan penuturan Dita?
Benarkah itu semua? Tapi kini semuanya telah terlambat, tidak ada lagi
kesempatan untukku. Maafkan kebodohanku waktu itu Dita??? Aku hanya bisa
mendoakan yang terbaik untuk Dita meski tak bersamaku .
Kami berdua
terdiam sejenak, kemudian Dita tiba – tiba memelukku dengan erat dan menteskan
air mata di pundakku. Luapan kekecewaan terlihat jelas dalam pelukanku, dan aku hanya dapat terdiam membisu. Ku kecup
keningnya untuk menenangkan tangisannya sebagai tanda aku begitu mencintainya.
Dita...
Kau pelangi semu dalam hidupku karena keindahanmu hanya dapat aku lihat tak
mampu aku jamah lagi, penyesalanku pun tak akan membuat kita bersatu.